Sudah hampir sebulan ga
posting-posting di blog sendiri, padahal udah mau komitmen mau posting seminggu
sekali (walaupun ga ada yang baca yang penting lega bisa keluarin unek-unek dan
isi otak yang biasa Cuma di sosmed dengan kata-kata yang singkat). tapii
kesibukan diluar sana yang menggila sampe ga sempet mau nulis apa.. klise sih
alasannya padahal ide-ide mau nulis komen-komen udah dikepala tapi susah bagi
waktunya sama kegiatan lain belum lagi buntu ide mau nulis apa.
Buat saya sendiri yang tidak punya
gift penulis yang baik dan menulis panjang lebar, menarik , harus berpikir
keras… Bagaimana meluapkan isi kepala
dengan kata-kata yang bagus, menarik, mudah dipahami. Belum lagi mood yang suka
berubah-ubah. Sebenernya menulis juga terapi mengingat yang saya lupa
peristiwa-peristiwa yang kita alami seperti diary elektronik.
Baca novel yang roman sangat seru
selain buat inspirasi kata-kata baru juga bisa bayangin karakter-karakter
didalam novel berubah jadi film-film dengan actor-aktor yang saya suka hehehe.
Salah satu penulis novel yang saya suka Ilana tan, entah bagaimana tiba-tiba
saya jadi kepikiran mau baca novelnya. Terakhir saya baca novel nya waktu masih
kuliah wow lama banget. Dan ternyata itu novel keduanya, seingat saya juga ga
selesai bacanya. Setelah ubek-ubek google hanya ada novel-novel iliana tan
sedangkan foto atau interview semacamnya tidak ada woahhh makin penasaran
sebenernya orangnya kayak apa. Soo misterius…
Penasaran saya berlanjut semua
berita tentang Ilana saya baca sampe ketemu facebook yang katanya interview
langsung itupun tahunnya 2011. Semakin buka banyak artikel semakin tau kalau Ilana
tan tidak pernah melakukan interview sama siapapun nahh loohh…Terserah deh
siapapun yang diinterview saya tetap suka Ilana tan hehehhe.
Ada kutipan dalam interview yang buat saya
jadi semangat lagi buat menulis blog.
“
Kiat-kiat apa untuk menjadi penulis seperti kamu ?
Jangan takut gagal karena kegagalan adalah sebuah
keberhasilan yang tertunda. Teruslah menulis untuk dan belajar singkirkan rasa
bosan untuk belajar dan coba hal baru, tapi tahu batas. Jangan jadi anak alim !
Maksudnya disini, jangan belum-belum kamu merasa ciut untuk melakukan hal-hal
baru yang belum tentu sepenuhnya negatif dan malah bisa memperluas wawasanmu akan
dunia non-formal maupun non-akademis saja. Clubbing bukan hanya identik dengan
tim cheerleaders atau tim-tim ‘gaul’ aja. Perpustakaan bukan hanya tongkrongan
kutu buku dan orang katro saja. Coba segal hal di sekeliling kamu, dengan
syarat kamu tahu batas ; yang positif di teruskan, yang negatif tentu di stop.
Bagaimana caranya bisa menulis carita dengan baik dan
selesai sampai akhir cerita ?
Menulis bukan sekedar bakat, tapi yang pertama adalah kamu
harus menyukai kegiatan ini, mencoba meluangkan waktu untuk menulis tiap
harinya (walau cuma sebentar) dan tiap kali kejenuhan atau kebuntuan ide
dating, berusaha menyikapinya dengan tenang (bukannya panik dan langsung BT).
Seorang penulis juga harus suka membaca karena dengan begitu ia akan mendapat
banyak referensi dan ilmu baru agar bisa menemukan gaya menulis yang paling
tepat untuk dirinya.
Nah, kalo mengatasi writer’s block ?
Pada intinya writer’s block (kebuntuan menulis) akan mencul
pada semua penulis, bahkan penulis yang jam terbangnya sudah tinggi sekalipun.
Yang membedakan adalah bagaimana cara sipenulis menyikapi kebuntuan menulis
tersebut dan hal itu adalah sesuatu yang harus diasah, lahir dari kebiasaan
mengatasi masalah…
“
Ini gambar facebook akun yang membahas interview dengan Ilana Tan
Ini nama akun facebook akun yang memposting wawancara Ilana tan, setahu saya Tatauya Fujisawa itu salah saru karakter di novel 'Autumn in Paris' sebagai arsitek jepang yang memiliki ayah berdarah perancis.
*Berikut wawancara lengkap yang baca di facebook.
Interview
Langsung Majalah STORY dengan ILANA TAN
maaf, aku gak bisa tag ke semua nya
masalahnya jumlah tag terbatas :). tapi boleh di copy paste kok. ^^
happy reading ^^
STORY MAGAZINE Edisi 9/Th.I/25 Maret
2010 - 24 April 2010/ Rp 18.000
Ilana Tan
Kejutan-kejutan Tak Disangka
Penulis yang satu ini nggak suka
dengan publikasi, terutama yang menyangkut privacy nya. “Karya-karyaku saja
yang dipublikasikan, jangan diriku. Aku grogi kalau berhadapan dengan media,”
katanya via telepon. Tapi Story memang pantang menyerah. Dengan mengerahkan
segala daya upaya, akhirnya bisa juga membuntuti penulis Winter In Tokyo ini.
Selasa sore itu, dengan bantuan
seorang sahabatnya, Dian Nurillah, akhirnya Story bisa berbincang-bincang
langsung dengan Ilana Tan. Pembaca novel karyanya dijamin bisa mengetahui
denyut kehidupan karakter tokoh, cinta, keanekaragaman budaya, setting yang
memukau dan alur yang menghanyutnya. Itulah ciri khas dari novelnya seperti
Summer In Seoul, Autumn In Paris, Winter In Tokyo dan Spring In London.
Masih sibuk nulis terus, nih ?
Wajib itu ! Sekarang aja aku lagi
buat alur cerita dari novel terbaruku. Ceritanya enggak kalah menarik dari
Winter In Tokyo. Kamu tunggu aja.
Wow….! Nah, ngomong-ngomong novel
Winter In Tokyo itu katanya terinspirasi dari film Jepang Last Friends. Bener
gak ?
Ahh, nggak kok ! Cerita film Jepang
Last Friends itu kan si cowoknya berbeda Negara sama si cewek. Mereka berpisah,
meski mereka saling suka. Si cowok Korea, si cewek orang Jepang. Beberapa tahun
kemudian mereka ketemu lagi dan si cewek sudah bisa bahasa Korea… dan si cowok
jadi Sutradara. Mereka janji bakal ketemu lagi suatu saat nanti. Kalo di film
Last friends itu si cowok jadi Sutradara film, sementara di novel ini sutradara
music video. Cuma sama profesi sutradaranya doing, tapi sebenarnya isi
ceritanya beda banget.
Denger-denger Winter In Tokyo mau
dibuat versi filmnya?Bener ya ?
Saat ini memang ada produser yang
menggali kemungkinan pembuatan film dari novel Winter In Tokyo, tapi selesainya
tidak dalam waktu dekat ini.
Sejak kapan sih kamu suka menulis ?
Sejak SMP, awalnya aku memang tidak
pernah merencanakan akan menjadi seorang penulis, karena cita-cita awal adalah
menjadi pilot dan insinyur! Tapi seiring perjalanan, kemudian aku menjadi
tertarik terhadap profesi seorang penulis novel. Lalu karena cintanya diriku
terhadap dunia tulis-menulis, aku selalu mendokumentasikan langkah-langkah dan
ilmu yang aku temui selama ini.
Mau tahu dong tentang novel Spring
In London ?
Spring In London itu adalah lanjutan
dari Summer In Seoul, Autumn In Paris, dan Winter In Tokyo. Kamu bisa liat
kalau Keiko masih langgeng sama Kazuto, masih mesra dan tambah romantic. Juga
Summer In Seoul… mmm, Si Jung Tae Woo jelas masih terkenal dan kayaknya masih
sama Sandy, karena ngomongin cintanya di novel ini bijak banget ! Kalau Autumn
In Paris sih emang nggak kesebut, karena kan cowoknya mati. Yang pasti Tara maupun
Tatsuya tidak menyadari benang yang menghubungkan mereka dengan masa lalu,
adanya rahasia yang menghancurkan segala harapan, perasaan, dan keyakinan.
Ketika kebenaran itu terungkap, tersingkap pula arti putus asa, arti tak
berdaya. Kenyataan juag begitu menyakitkan hingga mendorong salah satu dari
mereka ingin mengakhiri hidup … Seru deh ceritanya !
Selalu tentang cinta ?
Aku beranggapan cinta itu sifatnya
universal. Siapapun pernah merasakan, ada suka dan duka. Membicarakan masalah
cinta, kayaknya sama siapa pun pasti enak aja. Makanya aku tertarik menulis
cerita tentang pesan cinta. Intinya, tidak ada habisnya jika kita kita menulis
cinta.
Karya mana yang paling berkesan buat
kamu ?
Semua karya yang aku buat, tentunya
semua aku suka. Apa lagi kalau tahu karyaku bisa membuat orang terhibur dan
dihargai oleh pembaca. Itu nilai tambah buatku dan semakin bikin aku lebih giat
lagi berkarya.
Apa alasan kamu menggunakan nama
inisial dari pada nama asli ?
Aku adalah aku. Karena aku ingin
orang melihat karyaku, bukan karena aku secara pribadi. Karya-karya akulah yang
layak dilihat. Banyak juga loh penulis yang memakai nama inisial, tapi mereka
mempunyai tempat tersendiri di hati pembacanya bahkan karya mereka lebih
terkenal di masyarakat dari pada penulisnya sendiri.
Apa yang membuat kamu bisa seperti
sekarang ini ?
Hingga saat ini aku terus belajar
dan belajar. Untuk Story aku beberkan sedikit rahasia hingga aku bisa seperti
sekarang ini. Nggak susah kok. Namun saking mudahnya, malah kadang jadi
terlewat oleh kita. Aku selalu mencari tentang jati diriku. Kegagalan,
kebahagiaan, kesedihan, mood yang tidak jelas, kejutan-kejutan tak disangka,
selalu mewarnai hari-hariku, dan membentuk diriku saat ini. Tanamkanlah prinsip
bahwa di esok hari harus lebih baik dari pada hari ini. Sehingga kamu nggak
pernah berhenti mencari jati dirimu yang sebenarnya. Tetapkan tujuan yang akan
di capai dan nikmati bagaimana perjalanan aku sampai hidupku jadi lebih
berharga karena aku memiliki sesuatu yang positif, yang ingin aku perjuangan.
Kiat-kiat apa untuk menjadi penulis
seperti kamu ?
Jangan takut gagal karena kegagalan
adalah sebuah keberhasilan yang tertunda. Teruslah menulis untuk dan belajar
singkirkan rasa bosan untuk belajar dan coba hal baru, tapi tahu batas. Jangan
jadi anak alim ! Maksudnya disini, jangan belum-belum kamu merasa ciut untuk
melakukan hal-hal baru yang belum tentu sepenuhnya negatif dan malah bisa
memperluas wawasanmu akan dunia non-formal maupun non-akademis saja. Clubbing
bukan hanya identik dengan tim cheerleaders atau tim-tim ‘gaul’ aja.
Perpustakaan bukan hanya tongkrongan kutu buku dan orang katro saja. Coba segal
hal di sekeliling kamu, dengan syarat kamu tahu batas ; yang positif di
teruskan, yang negatif tentu di stop.
Bagaimana caranya bisa menulis carita
dengan baik dan selesai sampai akhir cerita ?
Menulis bukan sekedar bakat, tapi
yang pertama adalah kamu harus menyukai kegiatan ini, mencoba meluangkan waktu
untuk menulis tiap harinya (walau cuma sebentar) dan tiap kali kejenuhan atau
kebuntuan ide dating, berusaha menyikapinya dengan tenang (bukannya panik dan
langsung BT). Seorang penulis juga harus suka membaca karena dengan begitu ia
akan mendapat banyak referensi dan ilmu baru agar bisa menemukan gaya menulis
yang paling tepat untuk dirinya.
Nah, kalo mengatasi writer’s block ?
Pada intinya writer’s block
(kebuntuan menulis) akan mencul pada semua penulis, bahkan penulis yang jam
terbangnya sudah tinggi sekalipun. Yang membedakan adalah bagaimana cara
sipenulis menyikapi kebuntuan menulis tersebut dan hal itu adalah sesuatu yang
harus diasah, lahir dari kebiasaan mengatasi masalah…
Wuihhhhh.., masukan yang bagus dan
berguna banget ! Ternyata ngobrol dengan Ilana Tan, seru ! Banyak hal yang kita
dapat. Ini pasti layak banget buat calon-calon penulis di Story.
(Wahyu/ft.Ist)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar